Minggu, 23 Juni 2019

Campurin Uang Pribadi dan Usaha sama Saja Bunuh Masa Depan

Motif orang berbisnis pasti duit. Lalu duit hasil bisnis sudah pasti jadi milik sendiri. “Itu kan hasil keuntungan bisnis gue, bebas dong mau dipakai buat apa saja!”

Setuju dong, toh itu duit-duit sendiri. Cuma sudahkah tahu bedanya mana duit operasional bisnis dan mana duit hasil keuntungan?

Perlu diingat, uang yang dihasilkan dari bisnis itu gabungan dari uang modal dan uang laba dari penjualan barang atau jasa. Nah, di sinilah urgent-nya buat memisahkan keduanya. Tidak semua uang hasil bisnis itu masuk ke kantong pribadi.

Kadang ini yang dilupakan pebisnis, khususnya yang pemula. Gara-gara tak bisa membedakan mana duit modal usaha dan mana keuntungan, bisnis bisa terseok-seok di tengah jalan. Bahkan tak tertutup kemungkinan mati.

Kenapa mesti dipisahkan? Karena peruntukannya berbeda. Uang modal digunakan sebagai nyawa menggerakkan bisnis agar berkelanjutan, sedangkan laba bisa masuk ke  kantong pribadi atau bisa pula digunakan untuk memperkuat modal.

Di samping itu, pemisahan ini juga bermanfaat sebagai alat ukur pertumbuhan bisnis. Bagaimana pun prospek dari suatu bisnis itu selalu dilihat dari nilai ‘uang’ yang berhasil diputar.

Alasan inilah yang membuat harus ada pemisahan uang pribadi dan usaha. Apa saja manfaat pemisahan itu?

Melindungi bisnis

Duit adalah nyawa dari suatu bisnis. Dengan pemisahan keuangan bisnis dan pribadi, maka dengan sendirinya sudah melindungi bisnis dari kehancuran. Pemisahan itu sangat membantu untuk melihat nilai ‘kekayaan’ bisnis yang ditekuni.

Bahkan, laporan keuangannya pun menjadi efisien dan efektif karena bisa meminimalisir salah sasaran dan salah kelola dalam penyusunan laporan laba rugi. Misalnya dengan membagi laba dalam tiga bagian. Bagian pertama untuk memperkuat modal, kedua untuk dana darurat jika ada pengeluaran mendadak dan ketiga untuk disimpan atau bisa diambil.

uang pribadi dan usaha

Pegang duit banyak emang nyenengin ya, tapi jangan lupa kalau uang pribadi dan hasil usaha harus dipisah bro! (Rupiah / Infoloka) 

Melindungi aset

Mencampurkan keuangan bisnis dan pribadi bisa berisiko fatal terhadap aset-aset yang dimiliki. Perlu diingat, berbisnis selalu dibayang-bayangi risiko merugi. Nah, bila tidak ada pemisahan mana aset bisnis dan aset pribadi bisa-bisa ketika ada masalah atau tuntutan hukum dari pihak lain, aset pribadi yang dimiliki bisa kecatut.

Menganalisa sumber penghasilan

Tidak dicampurkannya keuangan bisnis dan pribadi bisa membantu untuk memonitor kemana uang mengalir. Lalu bisa diketahui pula pola transaksi pengeluaran dan pemasukan yang akhirnya mempermudah pengambilan keputusan bisnis. Yang tak kalah penting adalah mengetahui posisi keuangan usaha terkini.

Contoh, perlunya mencatat nilai rupiah pembelian barang. Di saat bersamaan, catat juga uang yang masuk dari penjualan. Kalau perlu pencatatan ini khusus untuk pembelian dan penjualan saja. Kemudian dalam periode waktu tertentu dipindahkan ke buku kas besar. Dari situ bakal ketahuan berapa besar pembelian dan penjualan. Selisihnya adalah laba kotor.  

Bandingkan bila tak memisahkan keuangan pribadi dan bisnis. Pasti bakal kesulitan memonitoring pendapatan atau pengeluaran. Terus, tak bisa juga mengukur besar dan kecilnya ‘kapasitas’ bisnis karena nilainya tak ‘murni’.

Sudah sadarkan betapa pentingnya pemisahan keuangan bisnis dan pribadi. Langkah selanjutnya adalah disiplin diri dong. Itu kunci utamanya.

Mesti patuh terhadap porsi yang diatur dan ditetapkan diri sendiri. Misalnya saja bila sudah menetapkan laba yang bisa diambil hanya 10% saja, ya ambil segitu. Jangan ditambah lagi.

Konkretnya begini, jika Anda adalah owner sekaligus pekerja dalam bisnis itu, maka laba itu yang menjadi pendapatannya yang besarannya 10% dari omset. Bila ada pegawai, maka laba itu juga harus mencukupi untuk menggajinya.

uang pribadi dan usaha

Jangan nunggu pegawai demo gara-gara kamu lupa bayar gaji ya! (Memberi / Tstatic)

Disiplin itu bisa terbentuk jika dilatih. Ada cara mudah mendisiplinkan diri memisahkan keuangan bisnis dan pribadi sehingga akan terbiasa nantinya. Apa saja itu?

1.Bikin rekening terpisah

Usahakan agar rekening bisnis itu berbeda dengan rekening pribadi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan transaksi dari bisnis itu, masukkan ke rekening bisnis.

Misalnya saja belanja barang modal, operasional, sampai beban pajak, itu area rekening bisnis. Begitu pun dengan duit pribadi, upayakan jangan disimpan di rekening bisnis.

2. Bikin kartu kredit khusus bisnis

Sebaiknya miliki kartu kredit khusus untuk keperluan bisnis. Dari  situ akan memudahkan pemisahan mana tagihan bisnis dan mana tagihan pribadi.

Bisa dibayangkan bila dicampur karena sulit merekam mana pengeluaran untuk kepentingan bisnis dan mana yang bukan. Ingat juga, jangan biasakan membayar tagihan minimum agar tak celaka di kemudian hari.

3.Bikin pembukuan

Ini memang pekerjaan adminsitratif yang cukup menguras waktu. Tapi justru pembukuan ini bisa jadi nyawa bisnis. Pembukuan menjadi rujukan untuk tahu nilai kapitalisasi bisnis. Maka itu, pastikan pembukuan bisnis itu terpisah dari pembukuan pribadi.

Biar praktis, manfaatkan saja pembukuan online di toko aplikasi seperti App Store, Windows Store, atau pun Google Play. Di situ tersedia aplikasi pembukuan yang bisa dipilih secara gratis maupun berbayar. Tinggal pilih mana yang sesuai dengan karakter bisnis.

uang pribadi dan usaha

Hari gini jangn kudet masbro1 Pakai aja aplikasi pembukuan yang sederhana buat bantu bisnis kamu (Aplikasi Keuangan / Ggpht) 

Minimal tiga hal itu mesti dilakukan agar bisnis tetap berkelanjutan dan tetap menjadi sumber pemasukan keuangan pribadi. Lagi pula, siapa sih yang ingin bisnisnya mati di tengah jalan?

 

 

Yang terkait artikel ini:

[Baca: Kenalan Dulu sama Kredit yang Jadi Kunci Sukses Kembangkan Bisnis]

[Baca: Deretan Pengusaha yang Dulunya Nothing Jadi Something]

[Baca: Percaya Deh Kartu Kredit Bisa Dimanfaatkan untuk Modal Usaha ]

Load comments