Rabu, 24 Juli 2019

8 Alasan Ini Membenarkan Kenapa Kita Susah Menemukan Karier yang Tepat

“Kerja kok pindah-pindah mulu, rugi,” begitu omelan nyokap ketika tahu anaknya, Andre, mau pindah kerja lagi. Sejak lulus kuliah 4 tahun lalu, sudah 3 kantor yang ia masuki.

Sebagai fresh graduate, dia diterima kerja di suatu perusahaan media. Tapi dia gak betah. Lalu dia melamar ke perusahaan otomotif, dan diterima. Namun sama seperti pekerjaan sebelumnya, hanya setahun dia betah.

Pekerjaan terakhir ia lakoni di suatu badan usaha milik negara. Ajaibnya, pekerjaan yang didambakan buanyak orang ini pun ditinggalkan setelah 2 tahun masa kerja.

Pantas saja sang nyokap ngomel gak keruan. Tapi Andre punya alasan tersendiri kenapa susah menemukan karier yang pas. Alasan itu tentu dia sendiri yang memahami, sebab dialah yang menjalani pekerjaan tersebut.

Berikut ini ada 8 alasan yang membenarkan kenapa kita susah menemukan karier yang tepat. Bisa jadi alasan Andre ada di dalam daftar ini:

Menemukan Karier yang Tepat 1
Cari tahu dulu kenapa bos bisa marah-marah mulu. Emang karena kinerja kita yang kurang atau karena temperamen saja?

1. Bos seperti jenderal VOC

Tahu dong VOC, perusahaan Belanda yang memulai penindasan ke Indonesia ratusan abad silam. Pemimpin VOC kala itu terkenal sangar. Yang menjadi fokusnya hanya gimana caranya mengeruk untung sebesar-besarnya.

Gak peduli meski caranya lewat kerja paksa para bawahan, termasuk rakyat jelata. Ini bisa juga terjadi di lingkungan kerja modern. Bos yang lebih mirip dengan majikan budak.

Para pekerja disuruh kerja macam-macam, bahkan melebihi jam kerja dan deskripsi kerja. Tapi, hasilnya dia klaim. Kinerja anak buah gak sedikit pun diapresiasi.

[Baca: 7 Tanda Diperbudak Atasan: Cek Dulu Apakah Kamu Korbannya?]

2. Beda prinsip

Mungkin suatu pekerjaan gajinya tinggi. Lokasinya pun dekat dengan rumah. Tapi, prinsip perusahaan yang berbeda dengan pekerja bisa menjadi penghalang.

Ketika perusahaan meminta kita melakukan sesuatu yang melanggar prinsip pribadi, sudah. Akan sulit untuk meniti karier selamanya di tempat itu.

3. Sakit-sakitan

Gak peduli seberapa besar upahnya, kalau pekerjaan malah bikin kita penyakitan, bahkan stres, ya wasalam. Walau perusahaan memberikan asuransi, tetap saja kesehatan itu mahal harganya.

Biaya perawatan boleh diganti. Tapi waktu yang hilang untuk berobat? Siapa yang bisa ganti?

Menemukan Karier yang Tepat 2
Karena gak enjoy jadi sering sakit-sakitan deh. Atau emang cuma alasan buat bolos aja? Hehehe

4. Gak tahan dengan kolega

Kerja tentunya membutuhkan kolega. Tapi bila rekan kerja itu gak cocok dengan kita, apa mau dikata? Apalagi jika dia lebih senior.

Yang menjadi pilihan adalah menerima kenyataan dan bertahan atau keluar dan bebas dari penderitaan. Bisa saja milih bertahan, tapi sampai kapan?

5. Galau

Ada lho, orang yang udah kerja berbulan-bulan tapi masih bingung dengan kerjaannya. Bukan gak ngerti, melainkan galau menetapkan apakah pekerjaan itu betul sesuai dengan keinginannya.

Passion memang kadang susah ditawar. Meski sebenarnya passion bisa ditemukan di mana saja, termasuk di tempat kerja yang tampak asing.

6. Skill gak berguna

Orang punya skill berbicara, tapi disuruh kerja entry data. Ya, tersiksa. Pekerjaan itu dirasa gak tepat karena kemampuannya seperti gak diakui.

Jadi, gak ada salahnya pilih tempat baru. Tempat yang bisa mengakomodasi keterampilannya.

7. Gaji dikit

Gaji yang dikit bisa membuat kita galau mau resign. Kenapa dulu nerima kerjaan itu tapi, ya? Mungkin memang gajinya besar menurut kita.

Tapi, saat dibandingkan dengan gaji rata-rata profesi di luar sana, ternyata amboi kecilnya. Jadinya nyesel, pengin resign.

menemukan karier yang tepat 3

8. Ilfeel seketika

Awalnya bersemangat mau kerja. Tapi saat sudah berjalan sebulan-dua bulan, ada yang terasa janggal. Akhirnya merasa pekerjaan itu gak tepat, entah apa alasannya.

Kalau sudah begitu, yang jadi pilihan hanya resign. Meski sebetulnya masih bisa dicermati dulu apa yang salah.

[Baca: Mau Resign Tapi Takut dengan Atasan? Yaelah Bro…]

Sebenarnya, gak ada salahnya pindah-pindah tempat kerja. Tapi, seperti kata ibunya Andre, kita bisa rugi sendiri. Sebab, masa kerja akan mempengaruhi besaran duit pensiun dari kantor.

Selain itu, kita mesti terus-terusan beradaptasi dengan lingkungan baru. Tahu-tahu usia sudah kepala 4 saja. Namun posisi masih staf.

Kalau bisa lama bertahan di satu tempat kerja, bukan mustahil kita sudah naik jabatan. Meski bisa juga malah karier mentok lantaran kerja gak sepenuh hati.

[Baca: Punya Karir Tidak Berkembang Jangan Buru-Buru Resign, Refleksi Diri Dengan Cara Ini]

 

Image credit:

  • http://cdn.tmpo.co/data/2016/06/06/id_512651/512651_620.jpg
  • http://us.images.detik.com/content/2015/09/11/1133/thinkstockphotos470920052.jpg

Load comments